Apakah Dating Apps Lebih Baik Ketimbang Cari Pacar Jalur Konvensional?

 

Sumber: Business Insider

Kalau jodoh memang sudah ditakdirkan, apakah include dengan cara mendapatkannya?

Jodoh itu takdir.

Jodoh di tangan Tuhan.

Jodoh itu enggak mungkin tertukar.

Iya, semua itu benar. Dan kita sebagai manusia wajib menjemput jodoh kita itu. Enggak bisa, tuh, berdiam diri lalu tiba-tiba dapat jodoh, menikah, dan hidup bahagia.

Mimpimu ketinggian, King!

Ada yang bilang, jodoh itu cuma berpusat di dua tipe orang: teman dekat (mau teman PAUD, SD, SMP, SMA, kuliah, bebas) atau orang asing. Yang kedua, bukan orang dari etnis dari negara lain, ya. Orang asing di sini adalah orang yang sama sekali belum pernah kita temui sepanjang hidup di dunia.

Hal ini diperkuat juga oleh studi tak komprehensif yang saya lakukan terhadap beberapa teman yang sudah menikah. Kalau bukan teman dekat, ya, orang yang belum pernah mereka temui yang jadi jodohnya.

Ini bikin saya enggak khawatir-khawatir banget soal jodoh. Ya, mungkin jodoh saya ada di lingkungan teman-teman saya. Atau mungkin jodoh saya memang belum lahir saja. Hehehe.

Di zaman yang serba modern ini, setiap sendi kehidupan manusia sudah jauh lebih mudah—termasuk mencari pacar. Menjamurnya dating apps makin memudahkan pencarian pacar—walau dalam praktiknya sebenarnya enggak mudah-mudah banget.

Hadirnya berbagai dating apps macam Tinder, Omi, Bumble, Litmatch, dan lain sebagainya lambat laun mengurangi esensi cari pacar lewat cara konvensional (baca: lawas): dikenalin teman, saling kirim surat, atau enggak sengaja ketemu di suatu tempat.

Kalau begini, apakah adanya dating apps lebih baik daripada cari pacar pakai cara lawas? Saya coba rangkum kelebihan dan kekurangannya.

1.      Meminimalisasi Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Bagi sebagian besar orang—kalau tidak seluruhnya—cinta bertepuk sebelah tangan itu enggak enak banget. Rasanya nyesek tahu kalau hanya kita yang berjuang buat mengusahakan terjalinnya sebuah hubungan pacaran.

Kenapa bisa seperti itu? Karena kita enggak pernah tahu sedikit pun gimana perasaan orang yang kita suka. Effort kita untuk ajak ngobrol, ajak pergi ke tempat yang mungkin dia sukai, atau coba cari tahu hobinya, sama sekali enggak bisa menunjukkan apakah dia juga punya perasaan yang sama terhadap kita.

Nah, di dating apps, kemungkinan cinta bertepuk sebelah tangan itu kecil banget. Alasannya?

Jadi, di dating apps ada istilah “match”; kondisi kita menyukainya dan dia pun menyukai kita. Kalau itu terjadi, kalian sudah bisa lanjut ke tahap selanjutnya; berbincang di ruang obrolan virtual.

Maka, menurut saya, dating apps jauh lebih bisa menjamin cinta kita enggak bertepuk sebelah tangan.

2.      Bertemu dengan Orang-Orang dari Berbagai Wilayah

Rutinitas yang kita jalani tentu berhubungan dengan banyak orang dari berbagai wilayah. Misalnya, ketika saya kuliah dulu, saya jadi punya teman-teman dari Jabodetabek, Padang, Pekalongan, dan lain-lain. Tapi, jika scope pertemanan kita terbatas, sangat kecil kemungkinan kita bisa ketemu dengan orang-orang dari daerah lain di Indonesia.

Masalah itu tampaknya bisa diatasi juga oleh dating apps. Dating apps bekerja berdasarkan lokasi yang terhubung di handphone. Lokasi yang kita singgahi akan menyaring pengguna aplikasi yang sama yang tinggal di daerah tersebut. Ini akan memperluas “ekspansi” kita dalam rangka mencari pacar.

3.      Potensi Scam

Berkenalan dengan orang baru tentu enggak seindah FTV: tabrakan, saling benci, jatuh cinta, hidup Bahagia. Kita enggak tahu dia itu orang seperti apa, punya niat buruk atau enggak, bagaimana latar belakang kehidupannya. Ini adalah hal-hal yang enggak bisa kita percaya dari dating apps.

Kendati profil di dating apps itu valid—maksudnya foto yang ditampilkan sesuai dengan keinginan pemilik akun—tapi enggak menutup kemungkinan bagi orang-orang yang hendak berbuat jahat untuk menipu lewat dating apps. Apalagi kalau sampai tahap merampok harta atau nyawa. Jadinya serem juga, kan.

Lain halnya dengan kenalan dan pertemuan di kehidupan nyata dengan orang yang kita kenal secara langsung. Setidaknya kita tahu sedikit-banyak tentang tentang kandidat pacar kita ini. Dalam konteks ini, pencarian pacar dengan cara konvensional (baca: lawas) di dunia nyata jadi jauh lebih worth it dibanding lewat dating apps.

4.      Esensi PDKT in Real Life

Kenalan di dating apps, buat saya, kurang menantang. Kita jadi enggak bisa merasakan adrenalin ketika minta pin BB, nomor telepon, atau nomor WhatsApp. Bagi saya, momen minta kontak ini jadi salah satu penentu berhasil atau tidaknya sebuah PDKT.

Kalau doi mau kasih kontaknya, berarti ia juga agak setuju kita dekati. Kalau tidak, ya, sudah. Itu memang belum rezeki.

Beda halnya dengan yang terjadi di dating apps. Kita enggak perlu susah payah minta kontak agar bisa chating-an. Asalkan sama-sama suka dan “match”, komunikasi via chat dapat terjalin segera.

Terlepas dari beberapa kelebihan dan kekurangan antara dating apps dan cara konvensional dalam rangka cari pacar. Dua-duanya layak dicoba. Kita enggak pernah tahu jalan mana yang menghasilkan jodoh buat kita.

Kalau kamu lebih suka cari pacar lewat dating apps atau kenalan langsung di real life, nih?


Comments

Popular posts from this blog

Film Ancika: Dia Yang Bersamaku 1995; Romantisme Dilan dalam Bayang Milea

Pupujian: Tradisi Lisan Sunda yang Sarat Nilai