Posts

Showing posts from May, 2020

Aku Rindu Kampusku

Image
Aku Rindu Mahasiswi Kampusku Kalian rindu kampus juga, gak, sih?             Entah sudah berapa minggu saya #DiRumahAja. Tidak berkumpul dengan teman, tidak bukber , tidak ke kampus, tidak diterima doi, pokoknya serba tidak, deh! Lama-lama #DiRumahAja mungkin bisa membuat saya lupa cara berbicara dengan orang lain atau bahkan lupa tata cara naik lift bagi mahasiswa di FPBS. Untuk yang satu ini, sebelum kita #DiRumahAja juga sudah pada lupa, ya, hihi.             Jujur deh, saya mulai rindu kampus. Ralat. Saya mulai rindu perjalanan menuju kampus dan suasana kampus. Ya, dua hal itu hilang dari daftar aktivitas saya selama beberapa bulan terakhir. Seperti makan semangkuk bakso tanpa sendok dan garpu. Aneh, Bor!             Perjalanan menuju kampus bagi saya punya pengalaman tersendiri. Pulang-pergi rumah menuju kampus saja jaraknya 74 km. Ini mah bukan ngampus, tapi touring .             Perjalanan jauh membuat saya semakin sadar akan pentingnya menghargai waktu. Semua harus t

Tugas Kuliah: Lockdown versi Lite

Image
Kalau begini, Pemerintah gak perlu repot-repot melockdown negara ini . Semenjak merebaknya virus corona di dunia dan Indonesia, saya membayangkan bahwa hidup akan seperti penduduk kota Wuhan, Tiongkok, beberapa waktu lalu. Semua orang tidak boleh keluar, berkumpul, bersekolah, dan bekerja. Namun, ketika Indonesia tidak mengambil langkah lockdown , secercah harapan muncul di benak saya. Jikalau telah datang waktu yang dinanti saya diharuskan di rumah saja, setidaknya saya punya waktu untuk melepas penat dari dunia kampus yang membelenggu. Alih-alih punya waktu untuk pergi keluar sejenak, waktu untuk streaming di IndoXXI hasil revisi saja saya tidak bisa. Saya tidak bisa menonton film Hollywood lalu mengambil screenshot dari kata-kata bucin, seperti yang orang lain lakukan ketika menonton film pelakor Korea itu.             Tetapi, saya berusaha berpikiran positif. Dosen saya dan teman-teman yang lain sangat sayang kepada kami. Beliau-beliau ini tidak mau kami tertular Covid-19

Apakah Sudah Waktunya Berdamai dengan Virus Corona?

Image
         Berdamai dengan masa lalu aja masih sulit~          Sudah hampir tiga bulan Covid-19   menyerang Indonesia. Virus yang awalnya endemi kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok, bermigrasi menjadi pandemi di seluruh dunia. Jutaan orang di dunia terinfeksi virus yang menyerang pernapasan ini.           Indonesia sendiri tercatat memiliki jumlah kasus positif per tanggal 20 Mei sebanyak 19.189 korban positif, 4.575 sembuh, dan 1.242 meninggal dunia.                    Halo, Pak Menteri! Ini jumlah orang yang meninggal udah lebih dari 500, loh!                    Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di mana-mana, benatuan sosial yang tidak merata, tempat ibadah ditutup sedangkan toko sembako dan pasar dibuka, makin menambah keruwetan akibat virus yang katanya  berasal dari hewan kelelawar ini.          Jumlah kasus yang belum menunjukkan penurunan secara bertahap atau pun drastis membuat masyarakat masih yakin bahwa virus ini belum bisa teratasi. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), lara

Celaka Tak Selamanya Membuat Kita Murka

Image
                    Setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidup akan menjadi satu cerita yang bisa dibagikan kepada anak-cucu nanti. Peristiwa baik dan buruk akan selalu menghiasi kehidupan. Namun, peristiwa buruk seringkali menjadi momok yang menakutkan di dalam hidup. Sesuatu yang sebenarnya tidak kita inginkan, nyatanya malah menghampiri. Izinkan saya berbagi cerita saya tentang peristiwa buruk yang menimpa saya 1,5 tahun yang lalu.         Saya mengalami kecelakan sepeda motor 1,5 tahun lalu. Saya terjatuh karena menghindari sebuah truk yang mengalami rem blong. Handphone  hancur, motor rusak, dan saya pingsan. Ya, saya pingsan. Untuk pertama kali dalam sejarah hidup saya.          Dua minggu berada di rumah sakit dengan pendarahan di kepala belakang dan buku jari kelingking tangan kanan hancur.          Dua minggu berikutnya dokter mempersilakan saya pulang dan melakukan recovery di rumah. Buku jari kelingking yang hancur membuat jari kelingking saya terpaksa dipasangi pen sebany

Darah di Rumah Makan

Image
Dengan jas almamater, kemeja putih lusuh, celana jeans yang berkarat di paha kanan dan kiri, ia memberanikan diri melawan tirani.          Matahari belum menampakkan diri dari tempat persembunyiannya dari bulan yang selama 12 jam sibuk mencarinya. Masih terlalu pagi untuk memulai hari bagi pekerja kantoran yang terbiasa telat datang ke kantor. Suara ayam berkokok di ujung rambut bersahutan dengan suara ayam berkokok di ujung kaki. Suara istri yang memaki suami yang hobinya mabuk-mabukkan terdengar jelas sampai beberapa blok jauhnya. Suara spatula bekerja sama dengan panci mengandung nasi goreng mengundang seluruh penghuni rumah berkumpul di meja makan. Tidak semudah itu penghuni rumah ini mencapai meja makan. Ada yang sibuk mencari buku Pendidikan Agama Islam yang entah terlempar ke mana. Ada yang sibuk memilih warna dan motif dasi untuk rapat proyek besar. Ada yang bersemangat menyiapkan segala keperluannya untuk berunjuk rasa. Azhar menjadi juara pertama dalam perlombaan mencapai

Proyek Pembangunan Berlarian Kesana Kemari, Masyarakat Menonton dengan Kaki Terkunci

Image
Negara maju adalah negara yang sukses dalam pembangunan infrastrukturnya .  Nampaknya kalimat itu yang dijadikan pedoman bagi Indonesia untuk mensejajarkan diri dengan Singapura, Malaysia, bahkan Inggris. Pembangunan infrastuktur yang sebetulnya belum diperlukan, digalakkan untuk mengejar pamor sebagai sebuah negara maju. Padahal, lebih dari itu, Indonesia perlu meningkatkan kedewasaan masyarakatnya terlebih dahulu ketimbang mengadakan proyek-proyek pembangunan yang belum jelas prospek ke depannya bagaimana bagi negara ini.  Contohnya saja ketika peresmian MRT (Moda Raya Terpadu) pada bulan Maret 2019 lalu, calon penumpang yang akan menaiki MRT masih saja seenaknya berebut untuk masuk tanpa mau antre terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk antre seperti kebiasaan orang-orang di negara maju sana sangat kurang sekali. Nah, nampaknya inilah yang perlu dipikirkan pemerintah kalau ingin menggalakkan pembangunan dalam bidang transportasi khususnya.            

Kami yang Dipisahkan Bumi

Image
Walaupun bumi memisahkan kami, apa mungkin jiwa kami terpisah? Aku menentangnya dan mencarimu di setiap loker-loker bumi.           Setiap pagi aku selalu menyusuri taman di kota ini. Taman ini selalu menjadi tempat di mana bangkunya selalu mendengarkanku bicara. Taman ini memang tidak begitu luas. Di sudut kanan dan kiri terdapat ayunan yang sering dipenuhi anak-anak kecil. Satu orang duduk di ayunan sedang teman yang lain mendorong dari belakang. Anak-anak itu asyik bermain ayunan. Mereka tampak berbahagia sekali. Rasanya setiap mereka berayun di udara, kepala mereka dicukur oleh angin dan membuat pikiran mereka segar kembali—walaupun belum tahu juga anak-anak kecil pikirannya sudah seberat apa. Terima kasih, ayunan, telah memberi kebahagiaan yang sederhana untuk anak-anak itu, hormatku pada ayunan itu. Semoga aku juga bisa mendapatkan kebahagiaan yang sederhana pula.           Aku duduk termangu di bangku yang bersebelahan langsung dengan jalan raya. Lengkap dengan kamera digita