Celaka Tak Selamanya Membuat Kita Murka

        

        Setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidup akan menjadi satu cerita yang bisa dibagikan kepada anak-cucu nanti. Peristiwa baik dan buruk akan selalu menghiasi kehidupan. Namun, peristiwa buruk seringkali menjadi momok yang menakutkan di dalam hidup. Sesuatu yang sebenarnya tidak kita inginkan, nyatanya malah menghampiri. Izinkan saya berbagi cerita saya tentang peristiwa buruk yang menimpa saya 1,5 tahun yang lalu.
        Saya mengalami kecelakan sepeda motor 1,5 tahun lalu. Saya terjatuh karena menghindari sebuah truk yang mengalami rem blong. Handphone hancur, motor rusak, dan saya pingsan. Ya, saya pingsan. Untuk pertama kali dalam sejarah hidup saya.
        Dua minggu berada di rumah sakit dengan pendarahan di kepala belakang dan buku jari kelingking tangan kanan hancur. 
        Dua minggu berikutnya dokter mempersilakan saya pulang dan melakukan recovery di rumah. Buku jari kelingking yang hancur membuat jari kelingking saya terpaksa dipasangi pen sebanyak dua buah. Alhasil, jari kelingking sebelah kanan saya tidak bisa menggenggam dan lurus seperti semula. Well, the shit that happen.

        Tiga dokter yang menangani meminta saya untuk rajin melakukan fisioterapi. Saya ikuti setiap pulang dari kampus atau meminta izin untuk tidak masuk kelas. Saya sempatkan untuk melakukan fisioterapi.
        Meskipun harus mengerang kesakitan setiap saat, ternyata ada kemajuan juga dengan kondisi jari saya. Salah satu fisioterapis mengatakan bahwa jari kelingking saya sudah dalam posisi yang maksimal, tak bisa kembali seperti sedia kala. Saya putuskan untuk berhenti melakukan fisioterapi dan berhenti konsultasi dengan ketiga dokter yang menangani saya.
        
        Sekarang saya menjalani hidup seperti sedia kala.

        Teman-teman kuliah saya terkadang meledek atau berguyon tentang jari tangan saya. Dan saya ikut tertawa! Saya tidak pernah merasa tersinggung atau semacamnya, karena memang begitu kenyataannya. Lagipula, saya termasuk orang yang humoris. Segala hal jarang saya bawa serius.
        
        Namun, imajinasi saya terkadang iseng meledek jari saya. Saya selalu membayangkan, kelak di kemudian hari, apakah akan ada wanita yang mau menerima kekurangan saya ini? Bagaimana jika nanti saya melakukan foto cincin pernikahan dan orang malah ngeri dengan kondisi jari saya? Pikiran-pikiran itu yang terkadang menyelimuti pikiran saya. 
        Tetapi saya sekali lagi tidak menganggap serius imajinasi saya, saya anggap sebagai lelucon belaka.
        Semakin lama saya mulai bisa berdamai dengan apa yang menimpa saya. Setidaknya, bersyukur bahwa Allah masih memberikan saya kesempatan kedua untuk hidup. Jari saya yang hancur sungguh tak sebanding dengan nyawa yang hilang.
        Cara yang saya lakukan agar tidak minder dengan kondisi fisik yang berbeda adalah dengan menganggap semuanya sebagai lelucon yang patut ditertawakan. Hanya dengan cara itulah saya jadi lebih bisa menghargai apa yang saya miliki.
        Menurut saya, tak usah semua hal dipikirkan. Masih banyak hal penting yang layak dipikirkan. Anggap hal buruk yang menimpa sebagai komedi, bukan tragedi.

        Tetap semangat!

Comments

  1. Resep bahagiaku adalah menertawakan kesialan2 dalam hidupku. Tentu ada masa2 gelap sebelumnya. Tapi hari dimana aku sudah bisa menertawakannya, aku sudah sembuh. Keren tulisannya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren resep bahagiamu! Kesialan yang baru saja terjadi memang kadang kita sesali. Namun, ketika kesialan itu sudah berhasil dilalui dengan sukses, akan menjadi komedi tersendiri. Terima kasih banyak!

      Delete
  2. Selesai baca tulisan ini samapi akhir, saya jadi teringat ibuk yang sering mengingatkan soal ini:
    “Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui“ (Q.S. 2:216)
    Semua orang punya battle mereka sendiri ya, saya juga masih dalam proses berdamai dengan banyak hal dalam hidup.
    Tulisannya menenangkan seperti teman. Salam kenal ya kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, terkadang kita tidak sadar dengan kode-Nya bahwa yang ini baik, yang itu buruk, atau sebaliknya. Kalau masalah berdamai dengan apapun, saya juga masih belajar banyak. Terima kasih! Salam kenal juga!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki

Mengenal Oedipus Complex dan Electra Complex

Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!