Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!
Jangan malu lagi sama bahasa Indonesia. ya!
Wow, keren! Kalimat tersebut yang merasuki otak saya ketika
mendengar cerita dosen saya bahwa ia mengajarkan Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing (BIPA) di School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London.
Ia membagikan pengalamannya ketika dikirim oleh Universitas untuk mengajarkan
Bahasa Indonesia di SOAS selama enam bulan. Dan setelah mendengar ceritanya,
kok saya jadi tertarik, ya, untuk mengikuti jejak beliau?
Tidak terbayang saja
begitu, kita bisa memperkenalkan bahasa kita kepada bule-bule. Bule-bule ini
mempelajari Bahasa Indonesia bukan iseng-iseng. Mereka memang ada yang tertarik
dengan Indonesia—terhadap budaya, sosial, dan sebagainya—sehingga perlu
menguasai Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang Indonesia. Ada pula
yang akan menempuh pendidikan di Indonesia, bahkan ada yang karena istrinya
orang Indonesia, ia sampai rela belajar Bahasa Indonesia.
Keren abis ini bule!
Pembelajaran BIPA sangat penting untuk dikuasai oleh
penutur asing karena Bahasa Indonesia sudah dipandang sebagai Bahasa
Internasional selain Bahasa Inggris—walaupun pamor keinternasionalannya masih
kalah dibandingkan Inggris. Presiden Indonesia juga telah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa
Indonesia. Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Bahasa Indonesia wajib
digunakan oleh Presiden, Wakil Presiden, dan Pejabat Negara yang lain dalam
menyampaikan pidato resmi, baik di dalam atau luar negeri.
Hal lain yang
melatarbelakangi pembelajaran BIPA saat ini adalah peran Indonesia dalam
pergaulan antarbangsa yang telah menempatkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
yang dipandang penting di dunia. Pada tahun 2009 lalu, Bahasa Indonesia secara
resmi sebagai bahasa asing kedua oleh Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City,
Vietnam. Berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri pada 2012, Bahasa
Indonesia memiliki penutur asli terbesar kelima di dunia, yakni sebanyak
4.463.950 orang yang tersebar di luar negeri.
Program BIPA juga sejalan dengan
salah satu fungsi badan bahasa (Kemendikbud), yaitu menginternasionalkan Bahasa
Indonesia. Sehingga melalui pembelajaran BIPA diharapkan Bahasa Indonesia dapat
menjadi bahasa Internasional. Pada tahun 2013, pembelajaran BIPA sudah diadakan
di 174 negara, dengan 45 negara yang sudah menjadi peserta BIPA. Negara yang
paling banyak menyelenggarakan pembelajaran BIPA adalah Australia. Baru-baru
ini pembelajaran BIPA diselenggarakan di Budapest Business Scholl, Hungaria,
pada tahun 2017.
Pembelajaran BIPA tidak hanya berfokus kepada
pembelajaran mengenai Bahasa Indonesia saja. Akan tetapi, mencakup seluruh
aspek yang berhubungan dengan Indonesia. Seperti seni, budaya, juga tourism dan hospitality. Untuk itu, mahasiswa atau dosen yang ingin menjadi
pengajar BIPA harus memenuhi persyaratan tertentu. Hal tersebut dikarenakan
pembelajaran BIPA selain pengajaran Bahasa Indonesia, merupakan usaha untuk
memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada warga negara asing. Sehingga dalam
pembelajarannya, harus dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi persyaratan
sebagai pengajar BIPA. Diantaranya memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik,
memiliki keahlian di bidang seni, dan lain-lain.
Selain penguasaan terhadap Bahasa Indonesia sendiri,
seorang pengajar BIPA juga perlu menguasai bahasa asing. Tujuannya untuk
memudahkan dalam berkomunikasi dengan murid-muridnya yang tidak mengerti Bahasa
Inggris. Saya juga baru menydari bahwa tidak semua warga negara lain menguasai
Bahasa Inggris. Padahal Bahasa Inggris sudah menjadi Bahasa Internasional. Mungkin gengsi juga, ya, warga negara lain
mempelajari Bahasa Inggris tapi Bahasa negara mereka sendiri tidak dipelajari
Satu hal yang penting dikuasai oleh seorang pengajar
BIPA adalah penguasaan mengenai seni budaya Indonesia sendiri. Ini mutlak perlu
diperlukan karena selain memang di dalam kualifikasi tercantum bakat apa yang
dimiliki dalam bidang seni, penguasaan seni budaya Indonesia juga diperlukan
untuk menjadi media pembelajaran BIPA itu sendiri. Pengajaran BIPA tidak hanya
sekadar pembelajaran mengenai Bahasa Indonesia saja, tetapi pengenalan seluruh
aspek-aspek yang berkaitan dengan Indonesia. Seperti aspek budaya, demografi,
agama, dan lain-lain.
Penguasaan seni budaya Indonesia juga dapat menjadi
media tersendiri untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat global.
Contoh sederhana adalah pengenalan alat musik yang berasal dari Indonesia dalam
pembelajaran BIPA. Terbukti dengan dikenal luasnya angklung oleh masyarakat
dunia. Bisa juga memperkenalkan Indonesia melalui masakan khas Indonesia.
Kalau makanan saya yakin akan dapat dengan
cepat diterima oleh siapapun hehe.
So, bagi Anda yang ingin menjadi
pengajar BIPA, persiapkan diri Anda baik-baik, ya!
Comments
Post a Comment