Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki
Di sebuah kampung di kota Sul (As-Sulaimaniyah), yang
dari kota Sul, Irak, daerahnya masih sangat kampung. Ada seorang tukang sol
sepatu yang ingin naik haji. Dia mengumpulkan uang dari berkeliling menawarkan
jasa sol sepatunya. Uang yang sudah ia kumpulkan sekitar 300 real. Namun, istrinya
sedang ngidam. Karena sedang ngidam, ia ingin dicarikan sayur yang
harumnya lezat sekali. Walaupun jarak rumah Abdul Zaffar dan harum sayur itu
ratusan kilometer jaraknya, namun masih tercium aromanya. Lalu, karena Zaffar
bin Baehaki sayang kepada istrinya, akhirnya berangkatlah Abdul Zaffar untuk
mencari sayur yang diidamkan istrinya.
Dari kota Sul, Abdul Zaffar terus
berjalan. Ia menanyakan kepada orang-orang dari mana asalnya harum sayur yang
harumnya sangta lezat. Tibalah ia di salah satu kampung. Ternyata memang ada
satu rumah yang penghuninya sedang memasak, seorang Nenek-Nenek.
Selanjutnya, Abdul Zaffar tiba di rumah Nenek tersebut
seraya berucap, “Assalamualaikum”.
Nenek itu pun menjawab, “Waalaikumsalam. Ada
apa, Kisanak, kemari?”
Abdul Zaffar berkata, “Begini, Nek, istri saya sedang ngidam. Ia ingin sayur yang dimasak oleh
Nenek. Karena sayur itu harumnya lezat sekali, sampai-sampai tercium ke daerah
saya. Harum sayur itu juga tercium oleh istri saya”.
Nenek itu kemudian
menjawab, “Ih, jangan, Kisanak. Ini haram bagimu, namun halal bagi Nenek”.
“Mengapa haram bagi saya?” tanya Zaffar kepada Nenek tersebut.
Nenek itu
menjawab, “Karena ini adalah bangkai. Semua orang kaya di sini tidak mau
menyumbang apapun untuk Nenek. Nenek mengasuh anak yatim, ucap Nenek
tersebut.
Anak yatim yang Nenek tersebut asuh kurang lebih ada
12 orang. Orang kaya di kota Sul bisa dibilang banyak. Namun, seorang Nenek
yang mengemis meminta uang pun tidak ada yang memberi. Karena tidak ada yang
memberinya uang, Nenek tersebut pulang dengan tangan hampa. Ia melamun dan
merenung. Nenek tersebut memikirkan makanan apa yang bisa dimakan olehnya dan
anak-anak yatim yang diasuhnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke hutan
untuk berburu binatang. Sesampainya di hutan, Nenek tersebut menemukan seekor
binatang, yaitu rusa. Namun binatang itu sudah menjadi bangkai. Karena tdak ada
pilihan lain, akhirnya Nenek tersebut terpaksa pulang dengan membawa bangkai
rusa.
“Nah yang diceritakan kepada Kisanak itu yang membuat sayur ini haram
untukmu, tetapi halal untuk Nenek.”.
Uang tabungan hasil sol sepatu milik Abdul
Zaffar sebesar 300 real tersebut, ia berikan kepada Nenek tersebut.
“Sudah,
Nek, buang saja itu! Ini uang untuk Nenek. Bisa nenek belikan makanan yang
layak untuk Nenek dan anak-anak yatim yang Nenek asuh”, ucap Abdul Zaffar.
Setelah uang itu diberikan oleh
Abdul Zaffar, Nenek tersebut menangis. Tidak ada orang yang seperti Abdul
Zaffar di kota ini. Lalu, Abdul Zaffar berpamitan kepada Nenek tersebut.
“Nek,
saya pamit pulang”, kata Abdul Zaffar.
“Terima kasih, Kisanak. Semoga selamat
sampai tujuan”, balas Nenek tersebut.
“Amin”, balas Abdul Zaffar. Abdul Zaffar
kembali pulang menuju rumahnya.
Singkat cerita ia sudah sampai di rumahnya.
Ternyata, istrinya sudah tidak ngidam
sayur tersebut. Dia diceritakan oleh Abdul Zaffar ratusan kilo jalan yang
ditempuh Abdul Zaffar melewati hutan, dari kota Sul pergi ke Barat, pergi ke
Timur. Dia diceritakan oleh Abdul Zaffar mengenai pertemuannya dengan Nenek
tersebut. Tak disangka, istirnya malah gembira mendengar cerita Abdul Zaffar
tersebut.
“Alhamdulillah, Akang, bisa menolong orang miskin,
bisa menolong yatim piatu juga”, kata istri Abdul Zaffar.
Setelah kejadian
Abdul Zaffar tersebut, ada sekitar 600 orang dalam satu rombongan dari kota Sul
tersebut yang ingin naik haji, dipimpin oleh seorang kepala rombongan (ustadz).
Sesampainya di Mekah, kepala rombongan tersebut menuntun rombongannya untuk
melaksanakan salat tahajud di Masjidil Haram.
Namun, ketika mereka hendak
melaksanakan salat tahajud, ada satu malaikat yang turun ke bumi, tapi tidak
terlihat sebagai malaikat, namun menyerupai orang biasa.
Malaikat berkata,
“kalian semua tidak akan menjadi seorang haji”.
Salah seorang dari Jemaah itu
bertanya, “Mengapa kita tidak akan menjadi seorang haji?’.
Diceritakan oleh malaikat, karena
semua harta yang dimiliki oleh orang-orang dalam rombongan tersebut bukan
didapat dari yang halal. Dan lagi, tidak mau menolong orang yang kesusahan
seperti Nenek-Nenek yang ditemui Abdul Zaffar tadi. Padahal, orang-orang yang
ada dalam rombongan tersebut sangatlah kaya. Malaikat menceritakan tentang
kebaikan yang dilakukan Abdul Zaffar.
“Orang yang akan menjadi seorang haji
ialah tukang sol sepatu. Padahal ia tidak naik haji, tapi oleh Allah swt., ia
diangkat menjadi seorang haji”.
Selanjutnya kepala rombongan tersebut sujud seraya menangis. Ia berpikir untuk apa
kita jauh-jauh berangkat ke sini jika kita tidak akan diangkat menjadi seorang
haji karena harta yang kita dapat bukan harta yang halal. Akhirnya, rombongan
tersebut kembali lagi ke kota Sul, Irak. Selanjutnya 600 orang tersebut tiba di
rumah masing-masing.
Istri mereka bertanya-tanya, “Mengapa kembali lagi?”.
Diceritakanlah cerita malaikat
tersebut kepada istrinya. Akhirnya, orang-orang yang tadi ingin naik haji itu
menjadi orang-orang saleh, dermawan. Setiap ada orang miskin atau yatim piatu,
mereka sering memberikan sebagian harta mereka untuk orang yang sedang
kesusahan tersebut. Ini menjadi contoh untuk kita semua. Walaupun kita tidak
naik haji karena alasan sakit ataupun apa, tapi kita memberikan sebgian harta
kita kepada orang yang sedang sakit berat, kepada fakir miskin, Allah Maha
Mengetahui. Yang terpenting adalah keikhlasan kita dalam membantu sesama.
Comments
Post a Comment