Sikap Positif DPR yang Bisa Ditiru Ketika Membahas RUU Cilaka
Buang jauh-jauh, deh, stigma negatif tentang DPR.
Saat hampir
seluruh masyarakat Indonesia sedang dipaksa di rumah aja dengan aturan PSBB,
DPR ini membuat satu kemajuan baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya—bahkan
oleh Einstein sekalipun. Iya, ketika kamu sedang nongkrong-nongkrong di kafe
kopi, ketika kamu lagi malam mingguan di rumah doi, DPR di Senayan mengesahkan
RUU Ciptaker atau Omnibus Law dan
akan segera dibawa ke Paripurna pada saat itu. Kalian gak sadar, kan? Saya juga
gak sadar, kok, tenang. Kalian gak sendiri. RUU yang katanya ditunda
pembahasannya karena mendapat banyak penolakan ini nyatanya dikerjakan
diam-diam oleh DPR.
Katanya ditunda, kok diem-diem disahin, sih?
Begitu mungkin pertanyaan sebagian orang—termasuk saya.
Tapi satu hal yang terbesit di benak saya ketika mendapat informasi pengesahan
RUU Ciptaker ini: kok DPR weekend malah
kerja, ya? Alhasil, kenyataan ini membuat kita sebaiknya sedikit menengok sikap
positif para anggota dewan terhormat ini yang patut dijadikan cerminan dalam
bekerja.
1.
Punya motto: bekerja, bekerja, bekerja.
Saya mengira, motto ini hanya berlaku di
BUMN PLN—karena ayah saya bekerja di sini dan mendapat kaos yang ada slogannya
itu. Ternyata, motto ini juga dianut oleh DPR, loh! Ini bisa dilihat dari
kerasnya kerja DPR dalam mengupayakan pengesahan RUU ini—bahkan di waktu weekend. Waktu di mana mereka bisa
bersantai dengan keluarga, bersafari keliling dunia dengan mengatasnamakan
tugas, atau main golf Sentul. Tetapi, mereka memilih untuk tetap bekerja.
Abang
DPR, memang jago!
2.
Hidup itu harus pede
Nama DPR sendiri merupakan Dewan
Perwakilan Rakyat. Artinya, DPR merupakan lidah antara Pemerintah dengan
masyarakat. DPR yang menyampaikan keluhan masyarakat dari semua strata sosial. Dari
konglomerat, pedagang, gelandangan, kalau mau ngadu, ya DPR lah tempatnya. DPR
itu punya sifat pede yang sangat
tinggi—bahkan sampai kelewat tinggi alias kepedean.
Di masa pandemi seperti ini, di saat masyarakat tidak bisa berkumpul dan
menyuarakan pendapatnya, DPR hadir mengatasnamakan suara rakyat dengan
mengesahkan RUU Ciptaker yang dianggap merupakan aspirasi masyarakat dan
mempermudah masyarakat. Sehingga masyarakat tak perlu susah payah dan
panas-panasan demo di depan Istana Negara supaya Presiden mau nongol dan mendengarkan suara rakyat.
DPR mungkin bilang:
Udah
rakyat di rumah aja, kami tau kok kalian butuh apa. Biar kami yang ngomong sama
Pemerintah.
Seluruh masyarakat pasti ngomong:
Ih,
kok kepedean, sih?
Kira-kira begitu. Tapi satu yang jadi
pertanyaan: atas nama Bapak siapa, sih, yang pengen dipermudah dengan adanya Omnibus Law ini? (serius nanya).
3.
Memberi contoh demokrasi yang baik
Sikap positif yang terakhir yang ditunjukkan
DPR adalah berdemokrasi yang baik. Demokrasi yang baik ditunjukkan oleh anggota
DPR ketika pengesahan RUU Ciptaker sedang berjalan. Silang pendapat, amarah
yang meluap-luap, jadi bukti bahwa demokrasi memang harusnya seperti itu.
Jangan Baper
…
…
Walau akhirnya
anggota DPR yang tidak setuju dengan pengesahan RUU Ciptaker ini micnya harus
dimatikan paksa.
Gak apa-apa kalau hanya mic yang dimatikan. Jangan sampai nyawa orangnya saja yang
dimatikan—seperti Marsinah, Munir, dan Wiji Thukul.
Comments
Post a Comment