1 Juta Kasus Covid di Indonesia dan Gold Play Button

Hey guys, welcome to my country channel~

Awal tahun 2021 menjadi masa yang penuh kejutan bagi Indonesia. Tanah longsor di Sumedang, banjir di Kalimantan Selatan, Gempa Bumi di Majene dan Mamuju adalah segelintir bencana yang menjadi highlight di beberapa media beberapa waktu lalu. Bencana ini menjadi momen patah semangat seluruh masyarakat Indonesia yang sudah sibuk membuat resolusi di penghujung tahun 2020 lalu. Angan-angan tentang tahun 2021 yang lebih baik dari tahun 2020, nyatanya seakan mengulang apa yang terjadi di awal tahun 2020.

Jangan patah semangat, coba lagi—buat resolusi baru—tahun depan.

          Di sela-sela kesedihan yang mendalam akibat bencana yang terjadi di mana-mana, terselip sebuah ‘kesuksesan’ yang dicapai oleh negara kita tercinta ini. Selasa, 26 Januari 2021, Indonesia sukses menorehkan ‘prestasi’ kasus positif Covid-19 sebanyak 1.012.350 kasus. Iya, 1 juta. Cukup nambah Rp. 299.000 lagi kamu bisa beli HP Xiaomi Redmi 9A yang punya resolusi kamera 13 MP.

       Saat total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 1 juta, kasus aktif berjumlah 917.279, kasus kematian mencapai 28.468, dan kesembuhan mencapai 820.356 orang. Angka total kasus ini melesat dari 2 kasus pada bulan Maret 2020, menjadi 1.012.250 kasus pada bulan Januari 2021. Hanya butuh 10 bulan untuk menambah 1.012.248 kasus baru.

            Jumlah kasus positif sebanyak 1 juta ini menjadikan Indonesia menduduki posisi keempat dalam klasemen kasus positif di Asia. Iya, ASIA. Bukan lagi ASEAN. Posisi Indonesia berada di bawah India (10.677.710), Turki (2.435.247), dan Iran (1.379.286). Dengan waktu kompetisi yang masih panjang, bukan tidak mungkin Indonesia dapat menggeser Turki dan Iran dan menjadi runner up dalam klasemen kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Di belahan Indonesia yang lain, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan merespons ‘prestasi’ yang sama sekali tidak membanggakan ini. Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan mengatakan bahwa angka 1 juta kasus positif ini menjadi kode bahwa seluruh masyarakat Indonesia harus bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi pandemi ini.

Ya capek juga sih kalau cuma aku yang berjuang sendirian.

            Masyarakat sudah diminta untuk berdiam diri di rumah melalui gerakan #DiRumahAja beberapa bulan lalu. Kemudian diminta untuk selalu mengingat pesan Ibu—walaupun saya tidak tahu Ibu siapa yang berpesan seperti itu—mengenai 3M. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Tapi tetap saja kasus positif malah terus naik. Ini bukan diakibatkan oleh masyarakat yang bebal—walaupun tidak semua—terhadap Covid-19, tetapi terdapat andil pemerintah yang memberikan kesempatan dan peluang kepada masyarakat untuk keluar rumah. Pembukaan sektor pariwisata, pengaktifan kembali sarana transportasi, pemberian contoh pengumpulan massa yang masif—kendati memakai masker—menjadi beberapa contoh kecil pemberian ruang kepada masyarakat untuk keluar rumah. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dipilih ketimbang lockdown juga membuat kasus Covid-19 di Indonesia malah terlihat berlarut-larut tak berujung.

            Saya sangat memahami alasan pemerintah tidak melakukan lockdown. Ketersediaan pangan yang tidak pasti, anggaran biaya yang membludak, dan perekonomian yang terhenti menjadi segelintir alasannya. Namun, apabila lockdown ampuh menekan angka positif—bahkan menghapus Covid-19 di beberapa negara Eropa—bukankah itu berdampak baik pada masa yang akan datang?  

            Yang jelas, angka 1 juta kasus positif ini sepatutnya membuat Indonesia bersiap mendapatkan gold play button. Gold play buttonnya boleh lah ukurannya disamakan dengan apa yang diterima para YouTuber. Namun, yang menjadi pembeda adalah pihak yang mengirimnya. Kalau gold play button biasanya tertulis:

Yours Sincerely,

 

Susan Wojcicki
CEO YouTube

Tetapi untuk gold play button milik Indonesia sedikit berbeda.

Yours Sincerely

 

Tedros Adhanom
Director-General WHO

Comments

Popular posts from this blog

Film Ancika: Dia Yang Bersamaku 1995; Romantisme Dilan dalam Bayang Milea

Pupujian: Tradisi Lisan Sunda yang Sarat Nilai

Apakah Dating Apps Lebih Baik Ketimbang Cari Pacar Jalur Konvensional?