Pemerolehan Bahasa: Kolaborasi Orangtua dan Lingkungan

            Di dalam hidup, manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa. Sejak kecil sampai tua, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial—yang tidak dapat menjalani hidupnya sendiri—membuat penguasaan terhadap bahasa mutlak dimiliki oleh manusia. Hade gorèng ku basa adalah pepatah Sunda yang menggambarkan kedekatan manusia dengan bahasa.

            Kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh manusia tentu bukanlah hadiah yang diberikan Tuhan secara tiba-tiba. Kemampuan bahasa manusia telah melewati proses panjang sejak ia mulai mengenal bahasa. Kemampuan menangkap, memahami, dan memproduksi bahasa dikenal juga sebagai pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak tentu merupakan hasil dari stimulus yang diberikan oleh orangtua kepada anak, sehingga anak dapat mengenali bahasa-bahasa yang sering diproduksi oleh orangtuanya.

            Indah Permatasari Suardi dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak Usia Dini mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa—khususnya bahasa pertama atau bahasa Ibu—dipengaruhi oleh lingkungan keluarga di sekitar anak. Anak akan senantiasa meniru apa yang diucapkan oleh ibunya. Ketika sang ibu mengucapkan kata dalam bahasa Indonesia, maka anak tersebut akan menirukan apa yang diucapkan sang ibu pun dalam bahasa Indonesia—walaupun pelafalannya belum tepat.

            Selain meniru orangtuanya, anak akan mengimitasi apa yang ia dengar dan lihat. Seperti apa yang disampaikan Siti Nurjanah (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa Anak Akibat Pengaruh Film (Suatu Tinjauan Psikolinguistik), yang membuktikan bahwa kanak-kanak pada usia empat sampai enam tahun cenderung meniru ujaran yang ia dapat dari film yang ditontonnya. Penelitian ini membuktikan bahwa faktor di luar keluarga dapat memengaruhi pemerolehan bahasa pada anak.

            Setidaknya, terdapat dua faktor yang dapat memengaruhi pemerolehan bahasa anak. Pertama, faktor orang tua. Kedua, faktor lingkungan. Orangtua yang sering mengajak bicara anaknya dengan menggunakan bahasa tertentu, cenderung akan ditiru oleh anak dan memantik alat ucapnya untuk memproduksi bahasa yang sering ia dengar dari orangtuanya. Faktor lingkungan juga tak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses pemerolehan bahasa anak. Lingkungan pertemanan sang anak yang kerap menggunakan bahasa tertentu mendorong anak untuk mampu menguasai bahasa tersebut untuk dapat bertahan di lingkungan pertemanannya.

            Di dalam pemerolehan bahasa, dikenal istilah bahasa ibu. Di dalam penelitiannya yang berjudul Pemerolehan Bahasa pada Anak Suku Sasak dalam Perspektif Psikolinguistik, Deny Prasetiawan menyimpulkan bahwa bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakatnya. Mula-mula sang anak dijejali sebuah bahasa oleh orangtuanya. Selanjutnya, ia dituntut oleh masyarakat sekitarnya untuk terampil menggunakan bahasa yang sudah diajarkan oleh orangtuanya. Latihan ringan semacam itu membuat anak mengenal dan paham akan bahasa ibunya.


             Kolaborasi antara faktor orangtua dan faktor lingkungan memberikan pengalaman yang unik bagi anak. Ia tidak hanya dituntut untuk menerima dan memahami bahasa yang diturunkan orangtuanya tetapi dituntut untuk memproduksi bahasa yang sudah diajarkan tersebut di masyarakat. Sungguh sebuah masa-masa yang produktif bagi anak dalam upayanya menjadi makhluk sosial.
            

Comments

Popular posts from this blog

Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki

Mengenal Oedipus Complex dan Electra Complex

Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!