Tiga Daging di Satu Tusuk Sate Maranggi: Ada Pelakor di Tusuk Sate?

Orang ketiga!1!1

            Makanan biasanya identik dengan daerah tertentu. Misalnya Kupat Tahu Padalarag, Surabi Bandung, Kerak Telor Betawi. Entah memang makanan itu lahir di daerah tersebut, atau penjual pertama makanan itu adalah pribumi daerah tersebut, atau bahkan hanya trik menciptakan engagement dari konsumen. Wallahualam. Positive covid thinking aja, mungkin makanan itu memang benar adanya ciri khas dari daerah tersebut.

            Salah satu makanan khas yang identik dengan sebuah daerah adalah Sate Maranggi. Sate Maranggi adalah makanan khas dari Purwakarta. Sate ini hampir mirip dengan sate kebanyakan: terbuat dari daging, ditusuk-tusuk, lalu dibakar. Perbedaan utama terletak di bumbunya. Kalau Sate Madura biasanya disajikan dengan bumbu kacang berikut acarnya, Sate Maranggi biasa disajikan dengan kecap dan sambal tomat. Soal rasa, jangan tanya saya. Saya enggak punya kapabilitas menjelaskan detail perbedaan rasa akibat dari perbedaan antara Sate Maranggi dan Sate Madura dari kacamata per-cooking-an duniawi. Biarkan itu jadi kerjaan Mbah Gordon Ramsey saja. Namun, terpilihnya Sate Maranggi sebagai makanan terenak menurut Kemenparekraf pada tanggal 14 Desember 2012—sampai dijadikan santapan oleh Presiden Jokowi dengan beberapa CEO di Korea Selatan pada tahun 2016 lalu—jadi gambaran betapa lezatnya makanan satu ini. Bismillah duta kuliner~

            Sate Maranggi biasanya terdiri dari tiga daging dalam satu tusuknya. Kamu mungkin udah gemes kalau nyangkut tiga, ketiga, dan orang ketiga. Tiga daging ini bukan karena daging satu dan dua lagi menjalin asmara lalu datang daging tiga sebagao pelakor, Hyung. Tiga daging dalam satu tusuk Sate Maranggi ini merupakan filosofi yang melambangkan Tri Tangtu, yaitu tekad, ucap, dan tindakan. Sebuah tekad ketika diucapkan perlu direalisasikan melalui tindakan.

Masya Allah, Hyung, dapet pelajaran berharga dari satu tusuk Sate Maranggi!.

            Terkait asal-usul Sate Maranggi ini ada beberapa versi. Mulai dari sate yang dibawa dari Cina, Maranggi berasal dari penjual sate bernama Mak Ranggi, sampai merupakan hasil kreasi para pekerja peternakan domba di Kecamatan Plered. Gimanapun asal usulnya, kita sepakat kalau Sate Maranggi adalah makanan khas Purwakarta. Saking khasnya, hampir di setiap acara di Purwakarta, Sate Maranggi selalu ada. Macam N’golo Kante di Chelsea. Pokoknya, apapun acaranya, Sate Maranggi makanannya.

                Sate Maranggi lumrah ditemui di acara pernikahan, hajatan, syukuran, dan lain-lain. Kehadiran Sate Maranggi di line up katering hajatan mampu mematahkan dominasi Ayam Suwir di dunia hidangan hajatan. Kalau kamu ngerasa Sate Maranggi di Hj. Yetti gak sesuai dengan kondisi dompetmu, menyusup sebagai tamu undangan agaknya patut dipertimbangkan. 

Comments

  1. Wah ada sejarahnya ternyata. Kakek saya jualan sate Maranggi sekitar 14 tahun, tapi semenjak meninggal sekarang diteruskan oleh ibu saya. Jadi sudah turun temurun dan Alhamdulillah udah punya pelanggan tetap.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut beberapa sumber, sih, memang ada sejarahnya dan bermacam-macam pula versinya. Wah, salut! Jadi usaha keluarga, lah, ya? Alhamdulillah, semoga tetap bisa survive di masa pandemi ini, ya, Mbak!

      Delete
    2. Iya Alhamdulillah jadi usaha keluarga kak. Bisa sampai kuliahin saya.
      Justru itu semenjak pandemi jadi sepi. Ketika ramai, malah banyak yg ngikutin sekitar jual Maranggi bahkan ada yg berani buka Restauran besar. Apa daya milik kami hanya warung makan. Tapi rezeki gak kemana.

      Delete
    3. Masyaallah, memang rezeki gak akan pernah tertukar, Mbak. Warung makan pun kalau sudah punya cita rasa yang khas dan punya konsumen setia juga bisa ngalahin restoran-restoran besar. Semangat terus Mbak dan keluarga!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki

Mengenal Oedipus Complex dan Electra Complex

Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!