Terima Kasih Untuk Kamu

 

            Kata terima kasih selalu terucap untuk kamu yang pernah mengisi kekosongan di hati ini. Jika tanpa hari-hari bersamamu, aku tidak akan pernah sanggup dan berhasil mencapai titik ini. Tidak semua yang kita lakukan itu baik. Tidak semua yang kita lakukan itu buruk. Aku menganggapnya seimbang, bagai yin dan yang. Kebahagiaan yang pernah dicipta menghasilkan kenangan yang selalu teringat hingga detik ini. Kesedihan yang luar biasa menghasilkan pelajaran yang dipetik untuk perbaikan diri ke depannya. Kendati aku di sini seorang diri dan kamu di sana tidak sendiri, percayalah, ini jalan terbaik bagi kita.

            Untuk kamu, terima kasih telah menjadi—apa yang orang sebut—cinta pertama. Kamu berhasil membawa perasaan baru—yang tak pernah kurasa sebelumnya. Terima kasih karena telah menjadikan diri ini sebagai seorang laki-laki yang normal. Terima kasih telah mengenalkan apa itu kasih sayang, rasa cemburu, dan sifat mengalah. Aku tak pernah merasa menjadi orang yang paling menderita di dalam hubungan kita masa itu. Bagaimanapun, sudah kewajiban bagi seorang lelaki untuk terus mengalah. Menang pun tak ada guna. Terima kasih telah mengajarkanku bahwa kesetiaan itu hanya omong kosong belaka. Kebohongan yang berulang akan menjadi bahan bakar bagi pengkhianatan.

            Untuk kamu, terima kasih untuk pendewasaan diri yang kamu ajarkan. Terima kasih telah mewarnai masa SMA dengan lagu-lagu yang memang relate banget. Terima kasih telah mengajarkanku tentang bagaimana menjadi manusia yang kuat. Denganmu, aku semakin merasa bahwa masalahku tidak ada apa-apanya dibanding masalahmu. Tapi, kamu kuat melewatinya. Terima kasih telah mengajarkan bahwa terkadang, kebohongan adalah cara terbaik untuk menghindari perselisihan. Terima kasih telah mengenalkanku tentang keterbukaan dan kebebasan pergaulan dalam sebuah hubungan. Darimu aku banyak belajar, kemunafikan memang ada di tubuh setiap insan. Terima kasih telah menemani dan merawat tubuh ini untuk beberapa minggu. Aku tahu masih ada dendam yang tersisa di relung jiwamu, namun beberapa kata maaf mungkin akan menghapus sedikit dendam itu.

            Untuk kamu, terima kasih telah bersedia mendengarkan keluh kesah yang berat aku bagikan. Kamu melihat sendiri bagaimana mata ini berkaca-kaca ketika menceritakannya. Kamu memberi saran dan semangat—tak lupa dengan senyum. Terima kasih telah mengajarkanku tentang kedewasaan. Tentang semangat yang tak kunjung padam. Tentang kesabaran menghadapi kenyataan. Tentang mimpi yang tak bisa dibangun dalam satu malam.

            Terakhir, untuk kamu, semoga kita segera bersua dalam keadaan apapun. 15 tahun tak sadar bersama. Terima kasih selalu menjadi tempat mengadu tentang rumitnya dunia. Terima kasih selalu bersedia untuk sekadar ngobrol dan makan. Andaikata kamu akhirnya menjadi miliknya secara utuh dan halal, semoga persahabatan ini dapat terwariskan hingga anak cucu nanti.

Comments

Popular posts from this blog

Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki

Mengenal Oedipus Complex dan Electra Complex

Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!