Batagor Kering VS Batagor Kuah: Temukan Kepribadianmu!

 


Tim batagor kering vs kuah adalah series baru dalam dunia kuliner.

            Makanan bukan lagi jadi sekadar kebutuhan primer manusia untuk bertahan hidup. Makanan sudah jadi ideologi baru yang bisa memecah belah masyarakat—kalau baperan. Aktivitas makan pun bukan lagi jadi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tubuh saja, lebih jauh dari itu dijadikan ajang memproklamasikan keberpihakan terhadap kubu-kubu tertentu.

            Bubur diaduk versus bubur tidak diaduk jadi salah satu contoh cara pecah belah masyarakat Indonesia—kalau baperan—yang paling banyak penganutnya. Masalahnya sepele: kamu orang yang suka makan bubur diaduk atau tidak. Kubu bubur diaduk punya argumen buat mendiskreditkan kubu bubur tidak diaduk. Sebaliknya, kubu bubur tidak diaduk juga punya segudang counter attack untuk mematahkan argumen dari kubu bubur diaduk.

            Konflik bubur diaduk versus bubur tidak diaduk muncul lewat salah satu postingan akun Facebook bernama PapaZombie pada tanggal 22 Januari 2019 lalu. Di dalam postingan tersebut, terdapat karakter orang berdasarkan cara ia memakan bubur.

Cara ini mungkin bisa dikembangkan oleh instansi atau perusahaan ketika ingin tahu karakter calon pegawainya tapi tak mau susah mengadakan wawancara formal.

            Orang yang makan bubur diaduk memiliki karakter memiliki toleransi yang tinggi, suka berbaur dengan siapapun, dan tidak memilih-milih teman. Itu masuk akal karena orang yang menikmati bubur diaduk tentu akan mencampurkan seluruh komponen yang ada di dalam bubur tersebut agar mudah dicerna oleh lambung. Tentu orang yang makan bubur diaduk punya gombalan maut: “sama lambung aja aku perhatian, apalagi sama kamu”~

            Sementara orang yang makan bubur tidak diaduk memiliki karakter belagu dan suka pilih-pilih teman. Bubur yang banyak bumbu dan komponennya pasti jadi bagian yang duluan dimakan daripada bagian bubur yang polos. Sombong huh!

            Konflik bubur diaduk dan bubur tidak diaduk seakan menjadi satu-satunya konflik yang terjadi di dunia kuliner. Orang lupa bahwa ada konflik lain yang bisa mengalahkan popularitas konflik bubur diaduk versus tidak diaduk: konflik batagor kuah dan kering.

            Cara orang menikmati batagor pada mulanya adalah batagor yang sudah matang kemudian dipotong-potong menggunakan gunting hitam yang khas, kemudian disiram oleh bumbu kacang, kecap—dan jeruk nipis kalau perlu. Ini menjadi cara menikmati batagor yang lumrah disajikan di semua tempat yang menjual batagor. Namun, semua berubah ketika ada seseorang pedagang—yang entah siapa—sok ngide menyajikan batagor dengan cara disiram kuah. Ini mau makan batagor atau cuanki? Akhirnya, penikmat batagor pun mulai tersegregasi menjadi dua kubu, cebong vs kampret  tim batagor kering dan tim batagor kuah. Tim batagor kering dapat menggambarkan kepribadian seseorang.

1.     Selalu ikhlas menerima pemberian orang lain

Karakter ini ditunjukkan oleh penyajian batagor kering yang sederhana. Sehabis diangkat dari panci, dipotong-potong, dilumuri bumbu kacang, dan kecap, siap disantap. Tak perlu meminta apa-apa lagi. Semua sudah lebih dari cukup—kecuali kalau kamu merasa kurang dan ingin menambah satu porsi lagi.

2.      Tidak suka meniru orang lain

Penyajian batagor itu sudah memiliki ciri khasnya sendiri dan tak bisa ditiru oleh makanan-makanan lainnya. Krispi, bumbu kacang, dan kecap, sudah jadi perpaduan yang komplit untuk mengganjal perut selama beberapa jam. Berbeda dengan penyajian batagor kuah yang terkesan meniru penyajian bakso atau cuanki. Sekali-kali kreatif, dong!

3.      Menempatkan sesuatu pada porsinya

Makan batagor kering tentu akan mendapatkan segelas air teh hangat sebagai minumnya. Batagor sebagai makanan dan air teh hangat sebagai minumnya. Pas, kan? Coba bayangkan dengan batagor kuah. Batagor sebagai makanan, kuahnya kok diseruput sebagai minuman?

Itu dari sisi tim batagor kering. Tim batagor kuah tentu tak mau kalah. Kira-kira, begini karakter orang yang makan batagor kuah.

1.      Kerja dua kali

Batagor—sesuai namanya—adalah bakso tahu goreng. Tentu proses awalnya adalah digoreng. Setelah selesai digoreng, batagor bukannya langsung disajikan untuk disantap, malah perlu disiram dulu oleh kuah dan dibumbui. Jadi kerja dua kali, kan? Ya ibarat nasi yang sudah dimasak di mejikom kemudian digoreng di wajan. Rajin bener!

2.      Sederhana

Menikmati batagor kuah itu bentuk kesederhanaan menurut mereka. Kesederhanaan itu karena batagor kuah bisa jadi makanan sekaligus juga minuman. Batagornya bisa kamu makan, kuahnya bisa kamu seruput jadi minuman. Ya kalau kamu cuma bawa uang pas-pasan dan gak bisa beli minum, kamu bisa ngirit dengan pesan batagor kuah ini.

3.      Melanggar aturan

Hal utama yang digarisbawahi dari makan batagor kuah adalah melanggar peraturan yag dibuat secara tidak tertulis oleh masyarakat Indonesia: makan harus pakai kerupuk. Pangsit goreng, biasa dijadikan kerupuk bagi orang yang sedang makan mie ayam. Yang namanya kerupuk itu haruslah krispi dan garing supaya bisa menambah selera makan. Lalu bagaimana jadinya kalau pangsit—yang notabene bergabung ke tim kerupuk—itu malah lembek karena diguyur oleh kuah? Bukan lagi pangsit, dong? Melanggar aturan ini!1!1

Penelitian yang tidak komprehensif dan asal-asalan ini menunjukkan karakter seseorang dari cara makan batagor—kering atau kuah. Kamu bebas untuk memilih membela tim batagor kering atau kuah. Masing-masing tim open recruitment, kok. Mereka baru akan menutup perekrutan kalau popularitasnya sudah melebihi—paling tidak menyamai—popularitas bubur diaduk versus tidak diaduk. Tertarik gabung? Silakan kumpulkan teman-temanmu dan adakan kopdar di pedagang batagor terdekat.

 


Comments

Popular posts from this blog

Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki

Mengenal Oedipus Complex dan Electra Complex

Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!