Tak Ada Resolusi, Yang Ada Hanya Evolusi

 

Sumber: Pixabay

Hari ini sampai esok hari, seluruh umat manusia sedang menyusun resolusi 2024. 

Saat ini, kita sampai pada akhir tahun 2023. Esok hari, kalender, keterangan dalam surat-menyurat dan administrasi, dan lockscreen handphone-mu berganti dengan tahun 2024. Mulai hari ini juga, pastinya, ada yang telah menyusun rencana untuk merayakan malam pergantian tahun bersama orang-orang spesialtentu di tempat yang spesial pula. Sebaliknya, ada orang-orang seperti saya ini—yang menghabiskan malam pergantian tahun dengan tidak ngapa-ngapain. 

Tapi saya sedang ngapa-ngapain, deng. Ya, nulis tulisan ini, hehe. 

Pergantian tahun, buat saya, itu biasa-biasa aja. Saya enggak pernah merancang rencana khusus buat menghabiskan malam tahun baru, dengan siapa pun. Jangankan untuk kumpul-kumpul dengan teman-teman, meniup terompet tahun baru saja enggak pernah saya lakukan untuk memperingati momen setahun sekali ini. Bukan berarti saya sok agamis. Saya cuma kurang suka peringatan-peringatan seremonial seperti itu. 

Saya lebih senang untuk menyendiri, merenungkan, atau mengontemplasikan 365 hari yang telah dilalui. Ada banyak cerita, kenangan, dan pengalaman yang mesti disikapi dengan bijak. Segala bentuk pengalaman itu membentuk diri kita yang sekarang. Sejauh mana kita bisa menerima setiap kegagalan yang terjadi selama satu tahun ini? Sejauh mana kita bisa mensyukuri setiap keberhasilan yang diraih? Dua hal tadi setidaknya menunjukkan kualitas kedewasaan kita. 

Di penghujung tahun ini juga pasti sudah banyak resolusi-resolusi yang dicatat, diucapkan, atau ditanamkan dalam diri setiap insan. Resolusi yang dijadikan panduan hidup tahun mendatang. Entah resolusi itu benar-benar dijalankan atau tidak, tak usah dipikir. Toh di tahun depan, ‘kan. resolusinya bisa dibuat lagi. 

Saya adalah orang yang tak peduli dengan resolusi. Pokoknya, hidup esok harus lebih baik dari hari ini. Berpegang teguh pada kalimat ini bikin kehidupan sehari-hari rasanya dipacu untuk lebih baik lagi. Hidup yang makin baik tentu akan mencapai segala hal yang diinginkan. Terdengar seperti sebuah evolusi menuju kesempurnaan, ‘kan? bukankah hidup kita ini adalah evolusi semata? Bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, mati. 

Maka, untuk apa resolusi jika dengan evolusi yang baik semua itu akan tercapai? 

Saya belajar tiga hal dari tahun 2023: keluar dari zona nyaman, membuka diri, dan menormalisasi people come and go. 

Awal tahun 2023, menjadi seorang pengajar adalah sesuatu yang asing dalam kamus kebiasaan saya. Dilatarbelakangi studi S1 yang sama sekali enggak ada hubungannya dengan pengajaran, bikin saya skeptis menjadi pengajar yang baik. Minggu-minggu pertama dilewati dengan berat hati. Rasanya, enggak sanggup untuk mengajar anak-anak di kelas yang jumlahnya empat sampai delapan orang (ini bimbel, btw). Lama-kelamaan, diri ini mulai, “ya udahlah jalanin aja. Ngeluh atau enggak pun tetep aja harus ngajar”. Sampai akhirnya merasa nyaman juga. Bertemu, berinteraksi, dan bercerita dengan anak-anak SMA bikin saya merasa muda lagi, hihi. Mungkin ini juga berkat respons anak-anak yang positif, bikin saya menikmati waktu sebagai pengajarwalaupun akhirnya saya tetap harus berhenti mengajar juga. Tapi, intinya, keluar dari zona nyaman ternyata enggak seberat dan semenakutkan itu! 

Tahun 2023 juga membuat saya jadi pribadi yang terbuka. Terbuka akan pertemanan baru, terbuka akan perasaan yang terpendam, dan terbuka akan sesuatu yang menyakitkan. Bertemu teman-teman baru di tempat baru, suasana baru, dan kebiasaan baru bikin saya membuka mata lebar-lebar terhadap dunia. Dunia yang selama ini saya kenal hanya separuh dari dunia baru yang saya kenal. Pun dari sisi pertemanan, begitu banyak orang, karakter, dan perilaku orang-orang yang saya temui. 

Di tahun ini juga, saya mulai menormalisasi ungkapan, “people come and go”. Ada saatnya seseorang datang, mengisi hari-hari, lalu pergi tanpa permisi. Itu wajar. Semuanya punya mimpi yang pasti. Mimpi yang diingini. Mimpi yang selalu dihidupi. Kita tak punya hak memaksa seseorang untuk selamanya “tinggal” bersama kita. Saya juga lebih paham bahwa come and go itu tidaklah ada. Yang ada adalah kodrat dunia bahwa setiap pertemuan akan menyisakan perpisahan. Kita hanya menunda dan menolak perpisahan itu terjadi. 

Itulah pelajaran yang bisa dipetik di tahun 2023 ini. Masih banyak pelajaran yang menanti untuk dipelajari di tahun-tahun berikutnya.   

  

 

 

Comments

  1. Thank you sudah sharing pengalamanmu di 2023, may 2024 will be better!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga apa yang dicita-citakan dapat tercapai di tahun ini!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki

Mengenal Oedipus Complex dan Electra Complex

Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!