Stop Bilang “Sami-Sami”, Mulai Pakai “Sawangsulna”

 

Sumber Gambar: Berita99.co

Sami-sami itu enggak sama artinya dengan sama-sama! 

Sebagai seseorang yang terbiasa hidup dalam komunikasi dengan bahasa Sunda, saya hampir selalu menggunakan bahasa Sunda dalam setiap percakapan. Di lingkungan rumahngobrol dengan teman sejawat atau orang tuabahasa Sunda jadi wujud kecintaan saya sebagai orang Sunda. 

Uniknya, bahasa Ibu saya adalah bahasa Indonesia. Perlu digarisbawahi kalau bahasa ibu tidak sama dengan bahasa suku asli ibu. Bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali dikenalkan oleh orang tua kita kepada kita. Semisal orang tuanya berasal dari suku Sunda tetapi mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang pertama dikenal anak, ya, anak itu berarti punya bahasa ibu bahasa Inggris. 

Sebagai salah satu produk dari kebhinekaan, saya enggak pernah diajari bahasa Sunda oleh orang tua sedari kecil. Ayah saya berdarah Betawi. Ibu saya berdarah Sunda. Jadi, solusinya, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan. Ah, memang keluarga saya itu ciri kebhinekaan yang hakiki.  

Pengetahuan dan kemampuan bahasa Sunda saya dapat lewat praktik-praktik komunikasi di lingkungan sekitar rumah dengan teman dan di lingkungan sekolah dalam mata pelajaran bahasa Sunda di tingkat SD sampai SMA. Kedua hal itu yang cukup membekali saya punya kapasitas komunikasi bahasa Sunda yang cukup baik. 

Dalam praktik percakapan bahasa Sunda yang kategori lemes (baca: halus), saya kerap belajar dengan mendengar kata-kata baru yang tentu asing di telinga. Salah satu kata dalam bahasa Sunda—yang bagi saya menyimpang dari arti dalam bahasa Indonesia—adalah kata sami-sami. Biasanya konteks pembicaraannya akan seperti ini: 

A: “Hatur nuhun kanggo artosna.” (Terima kasih untuk uangnya) 
B: “Muhun, sami-sami.” (Iya, sama-sama) 

Entah siapa yang mulai menggalakkan kata sami-sami dipakai sebagai balasan untuk kata “terima kasih”. Padahal, kalau dilihat dari arti kata sami-sami itu sendiri justru jauhlah berbedabahkan keliruuntuk membalas ucapan terima kasih. 

Kata sami-sami jika dilihat dari proses pembentukannya dalam bahasa Indonesia punya asal kata sami. Kata sami dalam bahasa Indonesia punya arti sama. Kata sami adalah kata dengan tingkat tutur lemes (halus) dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kata sarua—yang memiliki arti sama dalam bahasa Sunda—biasa digunakan dalam tingkat tutur loma (sederajat). 

Kata sami kemudian mengalami proses reduplikasi (pengulangan kata) menjadi bentuk sami-sami. Bentuk ini yang dipahami dan dipakai akhir-akhir ini untuk menyatakan balasan dari kata terima kasih. Kata sami-sami yang berasal dari kata sami yang berarti sama mungkin dianggap punya makna yang sama. Padahal, maknanya jauh berbeda, bahkan cenderung salah kaprah. 

Sejak dulu, bahasa Sunda—atau mungkin juga bahasa-bahasa lain—punya kata-kata yang memiliki pasangan katanya tersendiri. Dalam konteks menanggapi panggilan dari orang lain, kita bisa menggunakan jawaban kah untuk perempuan dan kulan untuk laki-laki. Dalam hal terima kasih, kata hatur nuhun selalu berpasangan dengan kata sawangsulna. Tidak bisa tidak, pasangan ini harus selalu ada dalam setiap pembicaraan orang Sunda. 

Maka, ketika ungkapan hatur nuhun ditanggapi dengan sami-sami, itu adalah contoh perselingkuhan yang nyata.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jihad Abdul Jaffar bin Baehaki

Mengenal Oedipus Complex dan Electra Complex

Bahasa Indonesia Sudah Go Internasional!